Perajin Pupuk Organik, Usaha Dalam Kesunyian Pasar
“Kalau memang ada pesanan, berapapun saya kerjakan", tegas Pak Juhadi, salah satu perajin pupuk organik (kompos) berbahan baku kotoran ternak domba dari Desa Kertawinangun - Majalengka.
Jika pasar terbuka, konsumen membutuhkan, maka dengan
sendirinya akan bermunculan perajin pupuk organik (kompos), seperti halnya
penjual eceran pulsa seluler. Dalam kondisi semacam demikian, meyakini usaha
sampingan rumah tangga semacam ini, bukan hal gampang. Bahkan mungkin sekali,
Pak Juhadi adalah bagian dari sisa-sisa laskar yang masih mau bertahan untuk merawat
usahanya meski dalam kesunyian panjang permintaan pasar atas produknya. “Tak
ada yang gampang dalam berbinis pupuk organik”, katanya.
Pak Juhadi adalah salah satu dari sekian orang yang pernah mendapatkan
supporting program bertajuk pengelolaan pupuk organik. Dan dialah sepertinya yang masih merawat sisa-sisa
tekadnya. Sementara kawan-kawannya tak pernah lagi peduli. “Karena pasar sangat
minim, tidak mesti 2 bulan ada pesanan. Kalau pupuk tidak laku-laku, bagaimana
bisa mendatangkan penghasilan?”, selorohnya.
Di rumahnya, Blok Pasir Desa Kertawinangun, Kecamatan
Kertajati – Majalengka Jawa Barat, sampai saat ini masih tetap membuat kompos
biarpun tidak ada kepastian permintaan pasar. “Setidaknya, saya mencoba meyakni
dan mempraktekan ilmu yang pernah saya dapatkan”, jelasnya. Pak Juhadi yang
keseharianya berprofesi sebagai tenaga serabutan ini, juga menuturkan, bahwa
pupuk yang ia buat rata-rata dibandrol per-kilonya 900 rupiah, dalam bentuk
curah. “Jika dikemas, dan diantar ke tempat tujuan, maka masih ditambah sejumlah
variable biaya lagi, seperti biaya kemasan dan ongkir”, jelas Pak Juhadi.
Kontak pesanan pupuk: 0813-2462-9156.
Komentar
Posting Komentar